JABARONLINE.COM - Suasana tenang di kawasan Jalan Cemerlang, Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi mendadak riuh pada Sabtu malam, 6 Desember 2025. Warga gempar setelah aroma menyengat tercium dari sebuah kamar kos, hingga akhirnya ditemukan sesosok perempuan muda dalam kondisi tak bernyawa.
Ketua RT setempat, Budianto, menuturkan warga mulai resah karena bau tak sedap yang terus muncul sejak siang hari. Setelah dilakukan pengecekan, sumber aroma ternyata berasal dari kamar yang dihuni korban.
“Warga cuma mencium bau menyengat dari dalam kamar. Setelah dicek, rupanya berasal dari ruang yang ditempati korban,” ujarnya.
Usai menerima laporan warga, petugas Polsek Warudoyong tiba di lokasi sekitar pukul 22.00 WIB. Polisi segera memasang garis pembatas dan mendobrak pintu kamar karena tidak ada respons dari dalam. Ketika masuk, petugas menemukan tubuh seorang perempuan berusia sekitar 22 tahun tergeletak kaku di kamar mandi.
Jasad korban langsung dibawa ke RSUD R. Syamsudin SH untuk menjalani autopsi. Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan medis guna memastikan penyebab kematiannya.
Keterangan Keluarga: “Sejak Dari SMA tinggal bersama kami”
Pada Minggu, 7 Desember 2025, wartawan mendatangi rumah keluarga korban di Palabuhanratu. Paman korban, Safari Gunawan (46), memberikan pengakuan panjang mengenai riwayat hidup keponakannya yang dikenal dengan nama Agnes Nadila.
Menurut Safari, Agnes tumbuh besar di Cisolok bersama neneknya hingga duduk di bangku kelas 2 SMA. Setelah neneknya wafat, Agnes pindah ke rumah keluarga Safari karena tidak punya kerabat dekat lain di sana.
“Dia memang dari kecil tinggal di lingkungan kami. Setelah neneknya meninggal, dia ikut ibu saya sejak kelas tiga SMA,” terang Safari.
Selama tinggal di Palabuhanratu, Agnes menyelesaikan sekolah sambil membantu merawat ibu Safari. Ia kemudian mengurus dokumen kependudukan melalui keluarga agar bisa mencari pekerjaan. Agnes beberapa kali berganti pekerjaan, hingga akhirnya merantau ke Sukabumi dan bekerja di lembaga pembiayaan sebelum kemudian pindah ke tempat karaoke.
Safari menyebut Agnes memiliki riwayat sakit paru-paru yang membuat keluarganya sering memintanya pulang untuk menjalani terapi enam bulan. Komunikasi terakhir terjadi pada 30 November, ketika Agnes mengeluh sakit, namun ia tidak pulang meski diminta.
“Kami sudah suruh pulang karena dia harus rutin berobat. Tapi setelah komunikasi tanggal 30 itu dia tidak merespons lagi,” ujarnya.
Keluarga Tak Curiga Hal Lain
Safari menegaskan pihak keluarga tidak memiliki kecurigaan terhadap penyebab kematian Agnes. Ia meyakini keponakannya wafat akibat kondisi kesehatannya yang terus memburuk.
“Kami tidak curiga karena kakinya sudah bengkak. Dia memang lagi sakit. RT juga menyampaikan hal yang sama,” katanya.
Keluarga memperkirakan Agnes meninggal sekitar empat hari sebelum ditemukan, berdasarkan catatan komunikasi terakhir dan keterangan penjaga kos yang sempat berinteraksi dengannya pada 1 Desember.
Dimakamkan Segera Karena Kondisi Jenazah
Pihak rumah sakit sempat meminta keluarga memproses pemakaman dengan segera karena kondisi jenazah yang sudah mengkhawatirkan. Agnes kemudian disalatkan secara syariat dan dikebumikan di TPU Batusapi.
Safari berharap hasil medis dapat memberikan kepastian penuh mengenai penyebab kematian Agnes.
“Kami sudah melihat kondisi almarhum. Kami terima, dan kami hanya menunggu hasil resmi dari dokter,” tutupnya.***