JABARONLINE.COM - Situasi irigasi mandek dan jalan berlumpur di Kampung Mariuk RT 03 RW 02, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, terus memantik kemarahan warga. Setelah bertahun-tahun dibiarkan tanpa perbaikan oleh Pemerintah Desa Cidadap, kini giliran Karang Taruna Tunas Bakti Desa Cidadap dan Karang Taruna Kecamatan Simpenan turun langsung membantu warga.
Kondisi wilayah yang sudah menyerupai rawa itu menjadi alasan utama organisasi kepemudaan bergerak cepat.
Karang Taruna Desa: “Kami Turun Karena Pemerintah Tidak Bisa Diam Lagi”
Ketua Karang Taruna Desa Cidadap, Iwan Paisal (45), menegaskan bahwa keputusan turun ke lapangan diambil setelah melihat kondisi yang semakin mendesak.
“Kami sudah koordinasi dengan Kepala Desa. Hari Sabtu ini, Karang Taruna Tunas Bakti turun langsung ke Mariuk. Genangan air di RT 03 RW 02 ini tidak bisa dibiarkan lagi. Ini harus disikapi bersama. Pemerintah sudah menjanjikan ini jadi skala prioritas pembangunan ke depan,” kata Iwan.
Ketika ditanya apakah persoalan ini akibat kurangnya perhatian pemerintah desa, Iwan menjawab tegas namun diplomatis:
“Desa Cidadap ini luas. Bukan hanya Mariuk yang bermasalah. Tapi kondisi di dusun Kaum Luwuk pun sama saat musim hujan. Karena itu Karang Taruna turun, untuk memastikan semua wilayah yang kena dampak bisa dibantu.”
Terkait irigasi yang sudah puluhan tahun mandek meski berkali-kali diajukan, Iwan menegaskan:
“Hasil pembicaraan dengan Kepala Desa, ini akan masuk prioritas. Kami dorong terus agar tidak hanya jadi wacana.”
Warga Menuding Ada Pembiaran: “Desa Tutup Mata!”
Warga setempat, Ruswandi (50), menyayangkan sikap pemerintah desa yang dianggap tidak serius menangani saluran irigasi yang jebol.
“Irigasi ini puluhan tahun tidak pernah dibenahi. Seharusnya pemerintah desa mengontrol. Tapi seperti dibiarkan saja. Di depan sekolah pula, bukan di ujung kampung. Sudah jelas-jelas rusak tapi tidak ada satu pun perangkat desa turun, padahal warga sudah kerja bakti berkali-kali,” tegasnya.
Ruswandi juga memberikan peringatan keras terkait bahaya musim hujan.
“Tolong percepat perbaikan. Kami khawatir terjadi banjir besar seperti daerah lain. Karang Taruna memang turun, tapi dari desa, kecamatan, sampai PU? Tidak ada. Ada yang lewat, tapi hanya lewat saja.”
Guru Albairuni: “Ini Sudah Dibawa ke Musdus dan Musdes, Mana Tindak Lanjutnya?”
Masalah irigasi bahkan berdampak langsung pada lingkungan sekolah Albairuni, yang dilalui jalur air menuju Sungai Cimandiri. Guru Albairuni, Mustofa Kamaludin (27), menilai pemerintah desa terlalu lambat merespons laporan warga.
“Semua orang sudah tahu irigasi ini bermasalah. Keluhan sudah berkali-kali disampaikan. Bahkan sudah masuk pembahasan musdus hingga musdes. Kami sebagai warga terdampak bertanya, sejauh mana tindak lanjut pemerintah?”
Ketika ditanya apakah masalah ini akibat pembiaran, Mustofa menjawab hati-hati namun tetap tajam:
“Kita tidak bisa menuduh sepihak. Tapi jelas ada tanggung jawab yang seharusnya ditangani pemerintah. Ada leading sector yang wajib menyelesaikan masalah ini. Warga punya kewajiban, tapi pemerintah juga punya kewajiban.”
Karang Taruna Kecamatan: “Kalau Nunggu Pemerintah, Kita Tidak Akan Bergerak”
Ketua Karang Taruna Kecamatan Simpenan, Deris Alfauzi (38), menegaskan bahwa upaya penyelamatan lingkungan tidak bisa menunggu pemerintah yang bergerak sangat lambat.
“Intinya kami harus turun langsung. Bersihkan sampah, lumpur, material yang menyumbat gorong-gorong. Kalau menunggu bantuan pemerintah, bisa lama. Makanya kita turun bersama warga, Karang Taruna Desa, siswa Albairuni, semua elemen,” kata Deris.
Ia juga menyinggung gorong-gorong peninggalan proyek provinsi yang kini tidak berfungsi.
“Dulu ini dibangun provinsi. Harapannya provinsi Jawa Barat bisa segera memperbaikinya lagi.”
Mengenai dugaan pembiaran oleh Pemerintah Desa Cidadap, Deris menegaskan:
“Pemerintah desa sebenarnya sudah menyampaikan dan berdiskusi. Tapi sampai sekarang belum ada anggaran yang relevan. Katanya ada bantuan sumur resapan, tapi baru itu saja. Karena itu kami ingin semua unsur desa betul-betul turun menangani keluhan warga.”
Kesimpulan: Warga Bergerak, Pemerintah Diduga Membiarkan
Dengan kondisi kampung yang makin menyerupai rawa, irigasi mati bertahun-tahun, jalan berlumpur, dan air comberan yang masuk ke rumah, warga Kampung Mariuk kini mengandalkan kekuatan sendiri dan dukungan Karang Taruna.
Sementara itu, masyarakat menuntut Pemerintah Desa Cidadap menjawab satu hal:
Mengapa persoalan yang sudah puluhan tahun diajukan, tidak pernah sampai pada realisasi?
9