JABARONLINE.COM — Retakan tanah dengan panjang lebih dari 200 meter ditemukan di Kampung Cibitung Blok C, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Temuan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan potensi longsor, terutama karena wilayah Bandung Selatan tengah memasuki musim hujan dengan curah hujan yang cenderung meningkat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Wahyudin menjelaskan, kondisi retakan tersebut perlu dikaji lebih lanjut oleh para ahli sebelum dapat dipastikan tingkat risikonya.
“Beberapa faktor dapat memicu pergerakan tanah, seperti gempa yang terjadi berulang, perubahan tutupan lahan, serta tingginya curah hujan. Karena itu masyarakat perlu tetap waspada,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (3/12/2025).
Sekretaris BPBD Kabupaten Bandung, Hendra Hidayat, menambahkan bahwa pihaknya belum dapat menyampaikan kesimpulan komprehensif mengenai penyebab retakan.
Menurut dia, kajian teknis dari Badan Geologi diperlukan untuk memastikan tingkat kerawanan dan potensi pergerakan lanjutan.
“Dari kondisi yang terlihat, tanah di lokasi memang rentan bergerak ketika menerima aliran air atau diguyur hujan dengan intensitas tinggi,” ujar Hendra.
Meski masih bersifat awal, BPBD telah melakukan asesmen sementara dan menyampaikan informasi kepada aparat Pemerintahan Kecamatan dan desa setempat agar meningkatkan kesiapsiagaan.
“Kami akan tetap memberikan pemberitahuan kepada Pemerintahan Kecamtan dan desa untuk mengingatkan warga agar berhati-hati selama musim hujan,” kata Hendra.
Temuan Lapangan Berdasarkan Nota Dinas BPBD, Dalam Nota Dinas Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bandung tertanggal 3 Desember 2025, sejumlah temuan teknis di lokasi retakan dijabarkan sebagai berikut:
1. Retakan tanah ditemukan sepanjang ±203 meter di area lereng bukit.
2. Lebar retakan berkisar 10 hingga 40 sentimeter, dengan kedalaman mencapai ±8 meter, menunjukkan aktivitas pergeseran tanah yang signifikan.
3. Jenis tanah di lokasi berupa tanah lempung, yang mudah jenuh air dan rentan bergerak saat musim hujan.
4. Retakan berpotensi berkembang menjadi longsoran besar yang dapat menutup aliran sungai di bagian bawah.
5. Penutupan aliran sungai berisiko membentuk bendung alam yang dapat jebol dan memicu banjir bandang ke arah Kertamanah dan Kampung Rancamanyar.
6. Di bawah area retakan terdapat jalur pipa gas Star Energy Geothermal yang berpotensi terdampak jika terjadi longsor.
7. Aliran air permukaan yang mengarah langsung ke retakan meningkatkan kejenuhan tanah dan memperbesar risiko longsor.
Selain itu BPBD Kabupaten Bandung mengusulkan sejumlah langkah mitigasi untuk mengurangi risiko bencana, di antaranya:
1. Menutup dan memadatkan retakan menggunakan tanah kering, terpal, atau geomembran untuk mencegah air hujan masuk.
2. Membuat parit pengalihan air di area atas retakan agar aliran permukaan tidak masuk ke zona rawan.
3. Menanam vegetasi berakar kuat seperti vetiver untuk memperkuat struktur tanah.
4. Memasang rambu peringatan dan mengatur zona aman bagi warga sekitar.
5. Melakukan koordinasi dengan Star Energy Geothermal terkait keamanan pipa gas yang berada di bawah lokasi retakan.
6. Mengedarkan surat edaran kewaspadaan kepada warga, petani, dan pekebun terutama saat terjadi hujan deras berdurasi panjang.
7. Melaksanakan pemantauan rutin bersama aparat desa dan relawan untuk melihat perkembangan retakan.***