Jampangkulon, Sukabumi – Usia senja seharusnya menjadi waktu emas, penuh kehangatan keluarga dan kedamaian. Namun, bagi Nenek Wanaram (97 tahun), takdir berkata lain. Di usianya yang telah renta, ia harus berjuang seorang diri, bernaung di sebuah gubuk reyot yang hampir roboh di Kampung Cihaur RT 07/RW 05, Desa Bojongsari, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi. Kisah pilunya adalah jeritan hati yang memanggil empati, mendesak perhatian dari kita semua, terutama pemerintah, Kamis, 18 September 2025.
Selama 35 tahun, Nenek Wanaram telah menjadikan gubuk rapuh ini sebagai satu-satunya tempat berlindung. Lebih memilukan lagi, menurut penuturan kerabat, beliau telah hidup sebatang kara selama hampir 45 tahun*. Setiap hari adalah pertaruhan, di tengah dinding lapuk yang menanti roboh, lantai yang berderit, dan atap yang tak lagi mampu melindungi dari terpaan cuaca. Ini bukan sekadar rumah, melainkan potret perjuangan yang menyayat hati.
Kondisi memprihatinkan Nenek Wanaram terungkap saat seorang kurir Pokmas Salira yang diketuai Waryati mengantarkan paket makanan. Sebuah inisiatif kecil yang justru membuka tabir duka lara seorang warga lanjut usia yang selama ini tersembunyi.
Namun, di balik respons cepat yang patut diacungi jempol ini, sebuah pertanyaan besar menggantung: mengapa Nenek Wanaram harus menunggu begitu lama untuk mendapatkan perhatian yang layak? Bukankah sudah menjadi tanggung jawab kita, sebagai masyarakat dan terutama pemerintah, untuk memastikan tidak ada seorang pun yang terabaikan di masa senjanya?
Kisah Nenek Wanaram bukan sekadar cerita pribadi, melainkan cerminan dari banyak lansia lain di pelosok negeri yang mungkin bernasib serupa. Ini adalah panggilan tulus bagi kita semua, khususnya para pemangku kebijakan, untuk tidak hanya menunggu laporan, tetapi juga aktif mencari, menemukan, dan mencegah agar tak ada lagi lansia yang terabaikan. Harapan kita, semoga setelah ini, Nenek Wanaram dapat merasakan sisa usianya dalam ketenangan, aman, dan penuh kasih sayang.
Ikbal, Ketua Karang Taruna Kecamatan Jampangkulon, yang tersentuh oleh kondisi ini, segera mengambil tindakan nyata. "Kami memohon agar aparatur pemerintah setempat dan organisasi lainnya bergerak cepat dalam menangani permasalahan ini," ujar Ikbal penuh harap, mewakili suara kepedulian masyarakat.
Respons pun datang sigap. Karang Taruna bersama Pemerintah Kecamatan Jampangkulon dan Pokmas Salira bergerak serentak. Mereka mengunjungi langsung kediaman Nenek Wanaram. "Sangat miris melihat kondisi rumah Nenek Wanaram yang masuk kategori rumah tidak layak huni (rutilahu) dan nyaris roboh. Kami juga langsung membawa tim kesehatan dari Puskesmas Jampangkulon untuk memeriksa kondisi Nenek Wanaram," tambah Ikbal. Langkah cepat ini memastikan kesehatan Nenek Wanaram tertangani intensif dan rumahnya segera masuk prioritas perbaikan.
Sementara itu, Dadun, Sekretaris Kecamatan Jampangkulon, mewakili camat yang sedang bertugas di Bandung, menyatakan, "Hari ini, kami dari Pemerintah Kecamatan Jampangkulon merespons cepat dengan mengunjungi kediaman Nenek Wanaram bersama Pokmas Salira dan Ketua Karang Taruna setelah mendengar kabar dari kurir Pokmas mengenai warga yang sakit di gubuk yang hampir roboh."
Ia menambahkan, "Kami akan segera berkoordinasi dengan pimpinan, dalam hal ini Bapak Camat, serta Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk penanganan pembangunan rumah rutilahu berikut pemeriksaan kesehatan secara intensif kepada Nenek Wanaram. Semoga rumah beliau bisa segera dibangun menjadi rumah layak huni."
Semoga uluran tangan dan kepedulian ini tidak berhenti di sini, melainkan menjadi awal dari masa tua yang lebih bermartabat bagi Nenek Wanaram dan lansia lain yang membutuhkan.
Sadeva