JABARONLINE.COM – Ruang media sosial yang semula dianggap sebagai tempat berbagi ide dan membangun percakapan, kini dinilai semakin bergeser menjadi wadah penghakiman massal. Penilaian itu disampaikan pemerhati sosial yang juga CEO Media Sukabumi Satu sekaligus Ketua Bidang Sosial Jampang Tandang Makalangan (JTM), Demmy Pratama Adiputra.
Demmy menegaskan bahwa atmosfer perbincangan di dunia maya belakangan ini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan. Menurutnya, banyak pengguna yang cenderung menilai dan menuduh tanpa mencari konteks ataupun fakta.
“Diskusi yang benar-benar sehat makin jarang terlihat. Yang marak justru budaya saling menyerang dengan kalimat-kalimat yang jauh dari adab,” ujarnya.
Ia mengatakan, kebiasaan mengabaikan prinsip praduga tak bersalah serta meremehkan nilai sopan santun semakin menonjol. Banyak pihak, kata Demmy, memanfaatkan kehebohan publik demi meraih perhatian dan mengejar konten viral.
“Banyak yang menjadikan persoalan serius sebagai bahan tontonan. Hal itu kemudian dipoles menjadi konten yang dangkal, bahkan sering tidak memiliki nilai edukasi sama sekali,” tuturnya.
Sebagai bagian dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Demmy menyampaikan kegelisahannya atas pola komunikasi publik yang semakin jauh dari kedewasaan dan empati. Ia menilai kemajuan teknologi seharusnya memperbaiki kualitas interaksi, bukan menggiring masyarakat menjadi pelaku persekusi daring yang menutup mata terhadap fakta.
Demmy mengajak masyarakat untuk lebih berhati-hati, terutama saat menanggapi isu yang berkembang di internet. Ia menekankan pentingnya menghadirkan ruang dialog yang lebih manusiawi.
“Media sosial bukan ruang eksekusi. Yang membuatnya positif atau negatif, sepenuhnya kembali pada perilaku kita,” tegasnya.
Ia berharap ekosistem digital dapat kembali menjadi ruang yang seimbang, berbudaya, serta bermanfaat bagi publik.
“Menjaga kejernihan berpikir adalah bentuk perjuangan intelektual di era media sosial,” pungkasnya.***