JABARONLINE.COM — Sekelompok orang yang mengaku wartawan membuat geger warga Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Mereka mendatangi rumah pemilik sebuah yayasan pendidikan pada malam hari, mereka merekam tanpa izin, dan menyebarkan ulang video perkelahian siswa yang sebetulnya sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
Muhammad Aditia Nasrudin, anak dari pemilik Yayasan Karena, merasa dirugikan oleh sekelompok orang yang datang ke rumahnya dan mengaku sebagai wartawan.
Ia menilai tindakan mereka mengganggu ketertiban dan melanggar privasi karena melakukan perekaman tanpa izin.
“Ini menjadi persoalan bagi saya karena mereka mengganggu ketertiban dan saya sedang istirahat pada saat itu. Mereka memaksa bapak dan ibu saya untuk berbicara klarifikasi di sekolah,” kata Aditia, Kamis (9/10/2025).
Menurut Aditia, persoalan bermula pada Jumat lalu ketika terjadi perkelahian antar siswa MTs dan MI. Peristiwa itu sebenarnya sudah ditangani dan diselesaikan secara internal oleh pihak sekolah.
“Video perkelahian itu direkam dan disebarkan oleh mereka. Mereka juga melakukan perekaman tanpa izin, termasuk di dalam rumah saya,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, kedatangan kelompok tersebut ke rumahnya berdalih untuk meminta klarifikasi kepada keluarganya, terutama kepada ayahnya selaku kepala yayasan. Namun tindakan mereka dinilai melampaui batas.
“Mereka enggak ada izin. Setiap apa yang divideo oleh mereka tidak ada minta izin, termasuk di dalam rumah pribadi,” tegas Aditia.
Lebih lanjut, Aditia mengaku terkejut karena video perkelahian yang sudah selesai diselesaikan secara damai, kembali diviralkan di media sosial.
“Sebenarnya kaget ya, pertama persoalan kasus perkelahian itu sudah selesai dan ditangani sekolah dengan memanggil orang tua yang bersangkutan. Tapi setelah itu, tiba-tiba mereka datang lagi ke rumah minta klarifikasi ulang, padahal masalahnya sudah beres,” ujarnya.
Aditia juga sempat meminta identitas para oknum tersebut. Namun setelah dicek, media yang mereka sebut tidak terdaftar di Dewan Pers.
“Saya meminta dan mereka menunjukkan ID card, tapi setelah saya cek, dari informasi teman-teman, itu enggak ada dalam tim media resmi dan enggak masuk Dewan Pers. Mereka cuma aktif di medsos, lalu diviralkan di Facebook dan YouTube,” kata Aditia.
Sementara itu, Arpi Salas (20) yang merupakan perwakilan para ibu-ibu juga menyampaikan keberatan atas penyebaran video tersebut.
“Ibu-ibu ini datang ke Polres karena mereka itu keberatan, ya, keberatan dikarenakan video anak-anak yang berkelahi itu tersebar oleh media ini. Media ini menyebarkan tanpa ada konfirmasi apa pun,” ujar Arpi.
Menurut Arpi, persoalan antara siswa sebenarnya sudah selesai dengan musyawarah dan permintaan maaf antar pihak yang terlibat.
“Kalau persoalannya sendiri, dari sekolah itu benar-benar sudah selesai. Anak-anak sudah saling memaafkan dan sudah ditindaklanjuti juga oleh sekolah,” katanya.
Ia menegaskan bahwa tindakan penyebaran video justru memperkeruh suasana.
“Saya juga kaget karena kenapa harus diviralkan, sedangkan masalah ini sudah selesai.
Ya, mereka yang memviralkan sendiri, karena video ini belum ke Facebook atau mana pun, artinya mereka yang memviralkan, mereka juga yang klarifikasi. Betul sekali,” tutup Arpi.***